Mari Sinergikan Kerja Sama Pengusaha dan Buruh
![]() |
Empat narasumber menyampaikan materi pada seminar sehari yang diadakan Komunitas Bakti Bangsa (KBB) di Asrama Haji Tanjungpinang, Rabu (29/4) |
Tanjungpinang- Komunitas Bakti Bangsa (KBB) kembali mengadakan seminar sehari
dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei
mendatang. Seminar sehari ini dilaksanakan di Asrama Haji tepatnya di Jalan
Pemuda, Rabu (29/4). Seminar ini membahas tentang usaha membangun sinergisitas kerja sama pengusaha dan buruh untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Seminar ini menghadirkan empat narasumber
sebagai penyampai materi. Narasumber-narasumber yang mengisi materi dalam
seminar itu adalah Madsihit, S.T., M.A. selaku pembina dan penegak hukum
ketenagakerjaan, Cholderia Sitinjak, S.H., M.H. yang merupakan aktivis buruh,
Ir. Kartika Kusumatuti selaku pengusaha, dan narasumber terakhir adalah
Riyanto, M.A. selaku dosen akademis Stisipol.
Pada seminar tersebut, Ir. Kartika
Kusumatuti selaku pengusaha menjelaskan beberapa hal yang perlu dipahami
mengenai hubungan kerja sama antara pengusaha dan buruh. Ia mengatakan bahwa
pengusaha dan buruh merupakan dua elemen penting yang tidak dapat dipisahkan.
Masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, meski dengan kepentingan yang
berbeda. Pada kesempatan itu, Kartika juga menyampaikan bahwa seorang pengusaha
seharusnya tidak hanya memandang buruh semata-mata hanya karena uang, melainkan
pengusaha juga harus memberikan nilai-nilai entrepreneurship kepada
pekerjanya.
Selain pembahasan mengenai hubungan kerja sama antara pengusaha dan buruh,
dalam seminar itu juga membahas tentang mengenal lebih dekat hubungan
industrial di Indonesia yang disampaikan oleh Cholderia Sitinjak, S.H., M.H.
selaku aktivis buruh. Pada kesempatannya kali itu, Cholderia mengatakan bahwa
pekerjaan buruh itu adalah pekerjaan yang mulia. Menurutnya, buruh itu berada
di gardu terdepan untuk melindungi perusahaan tempatnya bekerja dari bebagai
kemungkinan buruk yang akan terjadi. Namun, terkadang perusahaan menutupi diri
dari buruh dan hanya menjadikan buruh sebagai pekerja yang hanya menerima uang.
Cholderia juga menambahkan bahwa dalam menjalin hubungan industrial, antara
pengusaha dan buruh harus ada take and give yang saling
menguntungkan dengan menerapkan prinsip kepercayaan, sehingga hubungan kerja
sama antara keduanya terjalin lebih baik dan tidak terjadi demo-demo seperti
yang telihat selama ini.
Riyanto, M.A. merupakan pemateri terakhir pada seminar sehari ini. Ia
menjelaskan mengenai hubungan sinergisitas pengusaha bersama tenaga kerja dari
sudut pandang sosiologi. Ia mengatakan bahwa untuk membangun hubungan yang
harmonis antara pengusaha dan buruh, maka harus ada strategi yang tepat untuk
menciptakan lingkungan industrial yang bebas dari polemik. Ia mengatakan bahwa
hubungan pengusaha dan buruh ini pada dasarnya adalah hubungan yang bersifat
konflik fundamental yang sepihak dan eksplikatif, yang mana posisi pengusaha
lebih tinggi dari pada buruh sehingga buruh terkadang hanya dipandang sebagai
orang suruhan yang menerima uang.
“Akibat dari hubungan yang bersifat sepihak ini, maka timbullah ketidakpuasan
di kalangan buruh. Ketidakpuasan itu ditunjuk dengan gerakan-gerakan atau
perlawanan. Adapun penyebab dari aksi perlawanan itu yaitu berkaitan
dengan masalah upah, sudut pandang yang berbeda terhadap keberadaan
masing-masing, selalu ada prasangka yang tidak baik antara keduanya, serta
adanya intervensi dari pihak luar yang memperburuk hubungan keduanya,” jelas
Riyanto dalam seminar itu.
Polemik-polemik yang terjadi antara pengusaha dan buruh yang telah dijelaskan
oleh para narasumber dalam seminar itu harus dicari pemecahan masalahnya.
Apabila masalah ini dibiarkan begitu saja, maka dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat akan terganggu. Untuk
itu, Riyanto dari sudut pandang sosiologinya mengatakan bahwa solusi yang tepat
untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan melakukan penajaman indikator
penentuan upah minimum, reformasi struktural di organisasi-organisasi buruh,
dan harus ada trasnparansi komunikasi antara pengusaha dengan buruh.
Solusi-solusi ini diharapkan dapat dilakukan oleh seluruh pengusaha dan buruh
yang ada di Indonesia.
Peserta seminar sehari ini dihadiri oleh
perwakilan-perwakilan dari beberapa sekolah dan perguruan tinggi yang ada di
Tanjungpinang seperti Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), Sekolah Tinggi
Ilmu Sosial Politik (Stisipol) Raja Haji Tanjungpinang, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Tanjungpinang-Bintan, dan
SMA Negeri 5 Tanjungpinang.
Antusiasme para peserta seminar sangat baik. Hal ini terlihat dengan banyaknya
peserta yang memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar masalah yang telah
disampaikan oleh narasumber dalam sesi tanya jawab. Setelah sesi tanya jawab
selesai, kegiatan seminar ini diakhiri dengan foto bersama serta pembagian
sertifikat oleh panitia pelaksana kepada narasumber dan para peserta seminar
yang hadir.
Julianto selaku ketua pelaksana mengatakan
bahwa tujuan diadakannya seminar sehari ini adalah untuk memberikan pemahaman
kepada mahasiswa dalam memaknai Hari Buruh Internasioanl yang diperingati
setiap tanggal 1 Mei. Selain itu seminar ini juga bertujuan untuk memberikan
pandangan kepada peserta seminar mengenai langkah-langkah yang harus
dipersiapkan untuk memperbaiki kinerja buruh di Indonesia, khususnya di
Tanjungpinang.
“Semoga seminar ini memberikan manfaat kepada para peserta seminar yang hadir,
serta dengan adanya seminar ini kami berharap mahasiswa tidak lagi salah kaprah
dalam memaknai Hari Buruh Internasional setiap tanggal 1 Mei,” tutur Julianto
selaku ketua pelaksana. (Mega)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar